Tuesday, 17 March 2015

Day 4: Padang - Bukit Tinggi

Hari ke empat.

Semalam memang balik hotel tido tak ingat dunia. Pagi ni bangun awal rasa segar. Subuh kami dikejut oleh alunan bacaan al-quran oleh kanak-kanak yang mengaji. Rupa nya di sebelah kami terdapat masjid dan pondok yang mengajar anak-anak kecil mengaji. Tersentuh hati bila mendngar suara anak kecil mengaji dengan sebutan masih pelat. Umur mereka mungkin sekitar 4, 5 dan 6 tahun. Memang sejuk perut mak dia yang mengandung tu. Beruntung sungguh.

Pagi ni breakfast delivery kami adalah Megi Goreng. Dua pagi asyik makan nasi goreng ja kan. Pagi ni kena megi. Dibungkus dalam plastik. Teringat zaman sekolah rendah dulu. Makan bihun goreng dalam plastik. Memang menggamit nostalgia. Oppps!! disebabkan lapar sangat memang lupa nak snap gambaq megi goreng bungkus plastik tu. Hari ni kami akan check out dari Graha Muslim. Berpindah ke Hotel Grand Kartini pulak. Dekat sikit dengan jam gadang tu. senang nak abeskan duit nanti. hihihi. Alkisah nya sepatutnya kami bermalam di Lake Maninjau. Tapi disebabkan booking guna email, tak da satu hotel pon yg reply. Padahal kt Lake Maninjau tu bole ja kalau nak walk in. Tapi semalam dah sampai Lake Maninjau, rasa macam bosan jugak kalau bermalam kat sana. 

Disebabkan Aldi ada hal perlu di setelkan, dia menggantikan dengan pekerjanya, Saiful. Ramah macam Aldi jugak. Perjalanan kami hari ni akan ke Jambatan Layang di Kelok 9. Sebenarnya, kalau nak ke kelok 9 ni, dah dekat dengan Harau Valley. Memang jumpa Harau Valley dulu, then atas sikit, Kelok 9. Ikutkan bole ja pergi masa ke Harau Valley haritu. Tapi tak tau pasepa kami lupa masuk dalam iternary. Jadi hari ni kami mesti pergi ke situ jugak. Berdasar bacaan aku dari Mr. Google, maka aku buat sedikit rumusan pasal Jambatan Layang dan Kelok 9 ni.


Jambatan Layang Kelok 9

Jambatan layang ini adalah laluan baru yang lebih selamat dan selesa, menghubungkan Sumatera Barat dan Riau. Ia mula dibina pada tahun 2003 hasil kerja sepenuhnya tenaga kerja indonesia. Kira 100% made by Indonesian. Dari segi arkitekture, design, pembinaan dan kerja buruh. Ia juga merupakan salah satu kebanggan warga Indonesia.  Jambatan yang dibina sepanjang 2.5 km ini telah dirasmikan pada 2013 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Projek pembinaan jambatan ini menelan belanja yang sangat besar iaitu Rp 580.8 milliar.  Jambatan ini dibina mengikut dua fasa. Terdapat enam jambatan sepanjang 959 m dan jalan penghubung sepanjang 1.981 m. Ia merupakan jambatan yang sangat cantik kerana dibina berkelok-kelok dengan berpaksikan pilar setinggi 60 m dari permukaan atas jalan. Kelebaran jambatan ini 13.5 m dan dinding di bahu jambatan setinggi 1 m, memang cukup memberi keselesaan dan keselamatan pemanduan pengguna jalan raya. Ditambah pula dengan latar belakang pemandangan bukit -bukau di kiri dan kanan jambatan ini. Memang jatuh cinta.

 Kenapa Jambatan Layang ini dibina?


Jalan Kelok 9 dibangun semasa pemerintahan Hindia-Belanda antara tahun 1908–1914.Jalan ini berkelok-kelok melintasi Bukit Barisan yang memanjang dari utara ke selatan Pulau Sumatera. Kalau direntang lurus panjang Kelok 9 hanyalah 300 meter dengan lebar 5 meter dan tinggi sekitar 80 meter. Mengikut record traffic logistic, dalam sehari dianggarkan lebih dari 10 ribu buah kenderaan yang melalui jalan ini. Pada hari minggu pula, kadar trafic meningkat 2 ke 3 kali ganda.Struktur jalan yang sempit dan selekoh yang tajam,  sering menyebabkan traffic jem. Laluan ini menjadi laluan utama bagi kenderaan berat yang mengangkut hasil pertanian dan penternakan dari Bikit Tinggi ke Pekan Baru dan sebaliknya. Disebabkan jalan yang sempit, perjalanan yang sepatutnya hanya mengambil masa 4 jam menjadi 6 jam. Setiap tahun jumlah pengguna jalan raya dari Sumatera ke Riau semakin bertambah. Memandang serius masalah ini, Ketua Dinas Prasarana Jalan Sumatera Barat Ir. Hediyanto W. Husaini mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk membina layang. Maka dengan itu, pembinaan jalan layang Kelok 9 bermual pada November 2003 setelah memperoleh persetujuan pemerintah pusat melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada Agustus 2003.

Dalam perjalanan ke Kelok 9, ternampak orang sedang menuai padi secara manual ok.

Mereka bergotong-royong menuai padi. Nampak meriah

Salah satu jambatan layang kelok 9, tingginya 60 meter

Pemandangan dari atas jambatan

Gayat hoii berdiri tengok bawah macam tu.
Awalnya, jalan Kelok 9 yang menghubungkan Sumatera Barat dan Riau selalu dipadati kendaraan, terlebih di hari libur. Dalam sehari, diperkirakan ada 10.000 unit kendaraan berlalu lalang di jalan ini. Hal tersebut cukup mengkhawatirkan ditambah oleh kondisi jalan yang terjal, terdiri dari patahan-patahan dan jurang selain berkelok-kelok. Mengatasi hal tersebut, pemerintah berinisiatif untuk membangun jembatan yang juga dinami Jembatan Kelok 9. "Kita berinisiatif untuk membuat suatu aliran jalan yang gradasinya lebih baik yang dapat menghubungkan bawah dan atas, dengan satu jembatan walaupun berkelok-kelok tapi tanjakannya sudah kita perhitungkan dengan baik. Lebih landai dibanding jalan di bawahnya," ujar Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Djoko Murjanto kepada detikFinance di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (12/6/2013). Jalan kelok 9 yang berkelok-kelok dan cukup terjal selalu dilalui oleh kendaraan-kendaraan yang mendistribusikan logistik dari atau menuju Sumatera Barat dan Riau. Itu juga yang menjadikan pemerintah berniat untuk membangun jembatan ini. "Setelah terhubung kita bisa melihat potensi ekonomi yang meningkat di sana. Setelah dibangun, di sana akan lebih baik. Pertumbuhan ekonomi antara daerah produksi sama distribusi, di sana ada produksi dan distribusi. Itu akan menimbulkan domestik ekonomi yang lebih baik," papar Djoko. Jembatan ini dibangun oleh anak bangsa. Diinisiasi oleh pemerintah, dan dikerjakan seluruhnya oleh kontraktor dan tenaga ahli dari dalam negeri. Itu menjadi kebanggan sendiri bagi pemerintah. "Kali ini kita ingin menggunakan tenaga lokal semua, kontraktor kita, tenaga ahli kita. Karena ini kita harapkan menjadi contoh kerja kita yang benar. Desainnya itu dari kita setelah melihat keindahan alam itu sendiri. Lalu ada inisiatif yang bagus dari para perencana dan kita kembangkan," katanya. Meski sudah bisa dilalui secara fungsional, jembatan ini akan diresmilkan pada Bulan September 2013 nanti. Djoko mengungkapkan, jalan lama atau jalan Kelok 9 yang dulu akan difungsikan sebagai jalan alternatif jika ada kepadatan terjadi di jembatan. Selain itu, nantinya di sekitar jembatan akan dibangun semacam situs-situs wisata. Karena kawasan Kelok 9 ini dikenal akan keindahan alam yang asri dan sangat cantik. "Di samping itu nanti di samping sebegai jalan penghubung juga sebagai tempat wisata. Karena keindahan alam di situ, nanti bisa dinikmati. Kita harapkan nanti ada semacam pos pariwisata, itu di luar kita. Pemerintah daerah yang mengembangkan," ungkapnya. Proyek ini menelan total investasi sekitar Rp 580,8 miliar dan dikerjakan dalam 2 tahap pembangunan. Memiliki 6 jembatan dengan panjang 959 meter dan jalan penghubung sepanjang 1.981 meter. Jembatan ini merupakan jembatan yang sangat indah karena dibangun berkelok-kelok dengan ditopang pilar setinggi 60 meter di atas permukaan jalan di bawahnya. Kelok 9 adalah jalan lintas tengah Sumatera yang menghubungkan Riau dengan Sumatera Barat. Jalan ini terletak di kabupaten 50 kota, sekitar 25 km dari kota Payakumbuh ke arah Pekanbaru, Riau. Julukan kelok 9 karena jalan ini bentuknya berkelok-kelok berjumlah 9 buah.(zul/ang)

Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt
Proyek ini menelan total investasi sekitar Rp 580,8 miliar dan dikerjakan dalam 2 tahap pembangunan. Memiliki 6 jembatan dengan panjang 959 meter dan jalan penghubung sepanjang 1.981 meter. Jembatan ini merupakan jembatan yang sangat indah karena dibangun berkelok-kelok dengan ditopang pilar setinggi 60 meter di atas permukaan jalan di bawahnya.

Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt
Kelok 9 adalah nama untuk ruas jalan sekaligus jembatan yang menghubungkan provinsi Sumatera Barat dengan provinsi Riau di kecamatan Harau, kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia.. - See more at: http://arsitektur2day.blogspot.com/2012/08/konstruksi-jembatan-layang-kelok-9.html#sthash.YmyKIk1H.dpuf
Kelok 9 adalah nama untuk ruas jalan sekaligus jembatan yang menghubungkan provinsi Sumatera Barat dengan provinsi Riau di kecamatan Harau, kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia.. - See more at: http://arsitektur2day.blogspot.com/2012/08/konstruksi-jembatan-layang-kelok-9.html#sthash.YmyKIk1H.dpuf


Tahan nafas  sebab gayat kata mereka
Perjalanan kami kemudiannya diteruskan ke Ngarai Sianok dan Lubang Japang. Dalam perjalanan ke sana, kami singgah kedai Jagung Super Manis. Kat sini ada macam2 kuih berunsur kan jagung. Memang sedap ya Allah.. Wajib cuba kalau ke sana. Dari jagung sampai ke kulit jagung diorang guna. Memang terbaik lah. Kami cuba semua jenis kuih kat situ. Ambil serba satu ja. Kuih dia size besar2.Kat sini juga ada tauhu jagung.

Habis makan, kami singgah ke rumah Kakak saudara Aldi, (Yenie Bordir). Dia ada mengusahakan kain sulam. Bole jugak tempah baju. Sehari dah siap. Memang kain sulam kat sini cantek2. 

Memang terbaik kuih kat sini

kuih dia murah dan sedap

Pau goreng inti jagung dan donut jagung dia memang sedap

Lepat jagung yang dibalut dengan kulit jagung

Air jagung, tapi macam bubur jagung

segalanya tentang jagung

Yenie Bordir

Corak dan warna yang menarik

sedia menerima tempahan
Ok.. dah melencong ke tempat lain pulak kan. Untuk menikmati keindahan Ngarai Sianok dan pintu masuk Lubang Jepang ia terletak di Taman Panorama. Tiket masuk sorang  Rp 8k. Harga tiket tu sekali dengan Ngarai Sianok dan Lubang Jepang. Sebab tu nama Taman ni Taman Panorama. Di sini kita bole lihat Ngarai Sianok dari atas. Subhanllah!!! memang cantik. 

Panorama keindahan Ngarai Sianok selalu memukau pengunjung yang datang. Ngarai Sianok atau Lembah Pendiang merupakan suatu lembah yang indah, hijau dan subur. Didasarnya mengalir sebuah anak sungai yang berliku-liku menelusuri celah-celah tebing dengan latar belakang Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Keindahan alam Ngarai Sianok mempesona sehingga sering dijadikan bahan imajinasi para pelukis. Ngarai Sianok sebenarnya adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di jantung kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok dari selatan ngarai Koto Gadang sampai di Ngarai Sianok Enam Suku, dan berakhir sampai Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang indah dan menjadi salah satu objek wisata utama provinsi. Jurang ini dalamnya sekitar 100 m membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m dan merupakan bagian dari patahan yang memsiahkan Pulau Sumatra menjadi dua bagian memanjang (Patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau - hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal) - yang dialiri Sungai Sianok yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai.

Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt
Pemandangan indah Ngarai Sianok sering memukau pengunjung yang melawat ke situ. Ngarai Sianok merupakan lembah indah yang menghijau dan subur. Di bawah nya terdapat sungai yang berliku-liku mengalir ke celah-celah tebing dengan latar belakang Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Ia merupakan lembah atau pun jurang yang terletak di jantung Kota BukitTinggi, Sumatera Barat. Jurang ini mempunyai kedalaman hampir 100 meter terbentang sepanjang 15 km dengan lebar hampir 200 meter. Ia juga merupakan bahagian dari patahan yang memisahkan Pulau Sumatera menjadi dua bahagian memanjang. (Patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam dan menegak lalu membentuk lembah hijau (hasil dari gempa bumi). Lembah ini di aliri dengan sungai Sianok dan airnya sangat jernih. Pada zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut sebagai kerbau sanget kerana terdapat banyak kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai.Namun, Ngarai Sianok ini bukan sahaja memberikan panorama indah, tetapi menjadi saksi bisu terhadap penderitaan rakyat Indonesia ketika zaman penjajahan Jepun. Hal ini kerana terjumpanya Lubang Jepang berhampiran Ngarai Sianok ini.

Entrance fee
 


Traffic light
 



Setelah dah bergambar dan menikmati Ngarai Sianok kami masuk Lubang Jepang pula. Kami hire tour guide untuk masuk ke dalam. Bukan apa, bole lah dengar dia cerita sejarah lubang Japang ni. Kami kan memang suka dengar orang bercerita. Memang layan. Bayaran untuk tour guide ni asing tau. Naseb2 la kalau dapat yg murah ok la. Tapi kalau yang jenis nak paw tu.. redha je la. Nasib kami baik, dikenakan bayaran Rp 15k utk seorang. Jadi total kena bayar kat tour guid tu Rp 75k la sbb kami berlima. Aku buat sinopsis sikit pasal Lubang Jepang ni.

Lubang Jepang 

Lubang Jepang merupakan sebuah terowongan pertahanan yang dibina oleh tentara Jepun sekitar tahun 1942 ketika perang dunia ke-2. Terowong in dijadikan tempat penyimpanan bekalan dan peralatan perang tentera Jepun. Pembinaan terowong ini dilakukan dibawah arahan pemerintahan militer Angkatan Darat Jepang  untuk wilayah Sumatera, Bukit Tinggi dibawah pimpinan Jeneral Watanabe. Bagi membangunkan terowong ini, tentera Jepun telah membawa masuk ratusan tenaga kerja  yang terdiri daripada rakyat indonesia dari luar Sumatera seperti Sulawesi, Kalimantan dan Jawa. Manakala penduduk Indonesia di Bukit Tinggi di hantar untuk menggali terowong di Bandung dan Pulau Biak. Ini adalah salah satu strategi tentera Jepun bagi merahsiakan projek pembinaan terwong mereka. Mereka bekerja siang dan malam sehingga pembinaan terowong ini disiapkn di dalam tempoh yang agak cepat.
Terowong ini mempunyai pangjang sekitar 1400 meter (sekarang hanya 725 meter kerana sebahagian telah ditutup pada tahun 2004), lebar 2 meter, tinggi sekitar 3 meter. Terdapat 64 anak tangga yang perlu dituruni untuk sampai ke kedalaman 40 meter iaitu tempat disetiap riang-ruang terowong. Struktur dinding nya dibuat berkeluk-keluk untuk mengurangkan gemaTerdapat 3 pintu utama dan 6 pintu darurat sebagai jalan keluar dan masuk terowong ini. Tiga pintu utama berada di Jalan Ngarai Sianok, di Taman Panorama dan Di Istana Bung Hatta( Gedung Triniga). Tetapi, hanya satu pintu utana yang digunakan umum dan 6 pintu darurat telah ditutup. Selain lokasinya yang strategik di kota yang dahulunya merupakan pusat pemerintahan Sumatera Tengah,  tanah yang menjadi dinding terowong ini merupakan jenis tanah yang jika bercampur air akan semakin kukuh. Malah, gempa bumi yang terjadi di Sumatera Barat pada 2009 lalu, tidak banyak merosakkan struktur terowong ini.

Di dalam terowong ini terdapat beberapa lorong yang bercabang-cabang.Terowong ini dibahagikan kepada beberapa bahagian seperti ruang pengintaian, ruang penergapan, penjara dan gudang senjata. Dahulunya, lorong-lrong tersebut digunakan sebagai ruang rapat, ruang makan, bilik tidur, barak militer dan ruang tahanan. Terdapat 12 ruangan yang digunakan sebagai barak militer, 12 ruangan untuk bilik tidur, 6 ruangan untuk amunisasi, 2 ruangan tempat makan romusha, dan 1 ruangan untuk tempat makan sidang. Ruang-ruang tersebut masih boleh dilawati pelawat. 
Pada tahun 1946, penduduk setempat menjumpai terowong ini. Banyak tulang manusia berselerakan di lantai sepanjang terowong. Mereka menguburkan tulang-tulang itu dan membersihkan terowong tersebut untuk di jadikan tempat bersejarah di Bukit Tinggi. Pada tahun 1986,Lubang Jepang telah dirasmikan oleh Menteri Kebudayaan ketika itu, Fuad Hasan.  Pada tahun 2004 pula, pemerintah Bukit Tinggi telah membaik pulih dinding Lubang Jepang ini dengan salutan simen bertujuan memberikan keselesaan kepada pelawat. 

Pelan Lubang Jepang
Pintu Masuk Lubang Japang
64 anak tangga untuk menuruni Lubang Japang dan baru sampai ke kedalaman 40 meter
Struktur dinding yang dibina berlekuk-lekuk
Ketinggian sebenar dan tekstur asal dinding terowong
 

Bakal dijadikan mini theater sebagai tarikan pelawat
 

Salah satu pintu pengudaraan
Struktur dinding terowong yang telah disimenkan
Ketinggian terowong yang telah di ubah suai

Selesai menyusuri Lubang Jepang, Saiful sudah menunggu kami di luar pintu keluar. Hampir 30 minit berada di dalam terowong tu. Kami diberitahu oleh tour guide terowong tadi yang berhampiran pintu keluar Lubang Jepang tadi ada tembok cina. Kalau nak pergi lihat bole la. Kena mendaki anak tangga dan berjalan merentasi tembok tersebut. Pemandangan yang sangat cantik katanya. Memandang sudah tengah hari dan cuaca agak terik, kami membatalkan niat untuk terus berjalan ke sana. Saiful membawa kami ke Sungai Sianok. Memang cantik dan tenang bila berada dekat dengan sungai tersebut.
Sungai Sianok

Perut pun dah lapar. Sepanjang 3 hari yang lepas, kami masih belum berjumpa dengan makanan tengah hari yang kena dengan tekak. Nak yang sedap dan pedas. Saiful bawa kami ke Depot Ayam Penyet. Semua ambil set ayam penyet goreng dan bakar. Menu tambahan tauhu dan tempe goreng. Air mesti lah jus lagi.Suasana kedai nampak tenang dan selesa. Akhirnya..inilah yang sesuai dengan tekak kami. Sambal penyet dia memang terangkat. Extra pedas. Berpeluh-peluh makan. Baru la terasa kepuasannya. Memang makan dengan penuh selera terutama menu ayam bakar. Rasa macam nak mintak tambah lagi. Tapi dah kenyang.


Jus naga, Es Jeruk dan Alpukat
 

Time ni Airasia buat kecoh pasal pembayaran airport tax


Airasia buat kecoh pasal pembayaran airport tax. Melalui email yang diterima kami perlu buat bayaran sebelum hari tersebut jam 12.00 tengah malam. Yang peliknya, dalam website Airasia tu cakap, kalau pembelian tiket sebelum tarikh yang diorang mention tu, airport tax bole dibuat kat airport nanti. Tapi pasepa dok hantar email mcm tu lagi? Geram sungguh. Bila call Airasia Indonesia, diorang cakap memang tak bole bayar di Airport. Memang kena setelkan haritu jugak. Hampeh betul. Nak berjalan2 lagi pun dah tak da mood. Lepas makan kami ke Benteng Fort De Kock dan Jambatan Limpapeh. Tapi time ni muka sorang2 memang tak bole blah. Hati tak tenang pikir airasia tu. Ye lah dibuatnya tak lepas, maunya kena stay lagi di Padang. huh! Melewati Benteng Fort de Kock dan Jambatan Limpapeh sambil menikmati pemandangan gunung dan kota Bukit tinggi sungguh mengasyikkan. Terlupa sekejap pasal airasia buat kecoh tu. Kami menapak sehingga ke Janjang 40. Berenti di sini. Macam kat Korea ja rupanya. (dah sampai Korea ke kitee..hihi). Janjang 40 ni merupakan tangga yang menghubungkan pasar atas dan pasar bawah. Di tepi-tepi tangga tersebut terdapat kedai-kedai menjual makanan dan baju serta sebagainya. Kami tak turun sebab masing2 dah penat. Cukup lah bergambar dari atas. Kemudian kami terus ke Jam Gadang untuk menunggu Saiful di situ dan balik ke hotel.
Seperti biasa, aku tanya Mr.Google lagi pasal Fort De Kock dan Jambatan Limpapeh ni. Menarik juga cerita dia. Rugi tak baca.

Info tentang Benteng Fort De Kock

Iklimnya yang sejuk kerana berada di dataran tinggi, sekitar 930 meter dari permukaan laut membuat anda akan merasa rileks di Kota ini. Kota yang berada lebih kurang 90 Km dari pusat Kota Padang terse­but ternyata banyak memiliki bangunan kuno bersejarah, yang merupakan peninggalan semasa penjajahan Belanda di Indonesia. Salah satunya ialah Fort de Kock
Belanda ketika menduduki Kota Bukittinggi. Nama Fort de Kock sendiri, ternyata adalah nama lama dari Bukit­tinggi. Benteng ini dibina pada masa Perang Paderi, sekitar tahun 1825 oleh Kapt. Bauer. Bangunan kukuh yang itu dibangunkan di atas Bukit Jirek, dan awalnya diberi nama Sterrenschans. Lalu, tak lama namanya berubah menjadi Fort de Kock, oleh Hendrik Merkus de Kock, yang merupakan salah satu tokoh militer Belanda.
Selesai membangunkan benteng tersebut, beberapa tahun kemu­dian di sekitar benteng ini berkembang sebuah kota yang juga diberi nama Fort de Kock. Dan kini berubah nama menjadi Bukittinggi.
Semasa pemerintahan Be­lan­da, Bukittinggi dijadikan sebagai salah satu pusat peme­rintahan, kota ini disebut sebagai Gemetelyk Resort pada tahun 1828. Sejak tahun 1825 pemerintah koloial Belan­da telah mendirikan sebuah benteng di kota ini sebagai tempat pertahanan, yang hingga kini para pelawat dapat melihat sendiri benteng tersebut yaitu Fort de Kock. Selain itu, kota ini tak hanya dijadikan sebagai pusat peme­rintahan dan tempat pertahanan bagi pemerintah kolonial Belanda, namun juga dijadikan sebagai tempat peristirahatan para opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya.

Fort de Kock juga diba­ngun sebagai lambang bahwa Kolonial Belanda telah berhasil menduduki daerah di Sumatera Barat. Benteng tersebut meru­pakan tanda penjajahan dan perluasan kekuasaan Belanda terhadap Bukittinggi, Agam, dan Pasaman. Belanda memang cerdik untuk menduduki Su­ma­tera Barat, mereka meman­faatkan konflik intern saat itu, iaitu konflik yang terjadi antara kelompok adat dan kelompok agama. Bahkan Belanda sendiri ikut membantu kelompok adat, guna menekan kelompok aga­ma selama Perang Paderi yang berlangsung 1821 hingga tahun 1837.

Belanda yang membantu kaum adat melahirkan sebuah kesepakatan bahwa Belanda diperbolehkan membangun basis pertahan militer yang dibangun Kaptain Bauer di puncak Bukit Jirek Hill, yang kemudian diberi nama Fort de Kock.
Setelah membangun di Bukit Jirek, Pemerintah Kolo­nial Belanda pun melanjutkan rencananya mengambil alih beberapa bukit lagi seperti Bukit Sarang Gagak, Bukit Tambun Tulang, Bukit Cubadak Bungkuak, dan Bukit Malam­bung. Di daerah tersebut juga dibangun gedung perkantoran, rumah dinas pemerintah, kom­pleks pemakaman, pasar, sarana transportasi, sekolah juga tempat rekreasi. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan Kolonial Belanda tersebut dalam istilah Minangkabau dikenal dengan “tajua nagari ka Bulando” yang berarti Terjual negeri pada Belanda. Di masa itu memang, Kolonial Belanda menguasai 75 persen  wilayah dari lima desa yang dijadikan pusat perdagangan.
Sejak diubahsuai pada tahun 2002 lalu oleh pemerintah daerah, Fort de Kock, kawasan benteng kini menjadi Taman Kota Bukittinggi (Bukittinggi City Park) dan Taman Burung Tropis (Tropical Bird Park). Disini anda tak hanya disajikan pemandangan alam, anda bersa­ma kelaurga juga melihat beberapa spesis burung yang menjadi koleksi di taman ini.
setelah mengetahui banyak hal tentang catatan sejarah mengenai Fort de Kock ada baiknya anda santai sejenak di kawasan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan, yang lokasinya satu kompleks de­ngan benteng peninggalan Belanda tersebut. Selain itu di kompleks Kebun Binatang tersebut juga terdapat Museum Rumah Adat Baanjuang. Anda tak perlu bingung saat mema­suki kawasan itu, benteng terletak di bukit sebelah kiri pintu masuk. Sedangkan zoo binatang dan museum berben­tuk rumah gadang tersebut berada di bukit sebelah kanan.
Keduanya dihubungkan oleh Jambatan Limpapeh yang di bawahnya adalah jalan raya kota Bukittinggi. Kawasan ini hanya terletak 1 km dari pusat kota Bukit Tinggi yaitu kawa­san Jam Gadang, tepatnya di terusan jalan Tuanku nan Renceh.
Dari atas jembatan anda dapat menikmati pemandangan pegunungan dan ngarai yang ada di sekitar kawasan tersebut seperti Ngarai Sianok, Gunung Merapi, Gunung Singgalang, Gung Sago dan Gunung Tan­dikek. (Dipetik dari http://wa-iki.blogspot.com/2011/05/nilai-sejarah-di-benteng-fort-de-kock.html)

Macam kat FRIM ja
Itulah Jambatan Limpapeh
Kak aku sibuk setelkan hal airasia
Dia masih sibuk. Belum setel lagi. Kami tetap bergambar
Diorang kena paksa dengan aku bergambar jugak
Nampak tak, kakak aku masih sibuk dengan airasia
Dipertengahan Jambatan Limpapeh, berlatar belakang Gunung Merapi kot tu
Ada mini zoo dalam ni. Adik aku merenung cik Jah

Museum Rumah Adat
Janjang 40
Baru sempat bergambar di depan Jam Gadang
Kesian penjaja ni lari bertempiaran bila polis datang nak saman
Sebelum kami pulang ke hotel, kami minta Saiful bawa kami ke Cyber cafe (CC) sebab nak setelkan payment airport tax. Ok cc dia memang murah gila weh. 3 jam hanya RM 1.50 saja. Tapi internet slow. Bila nak print tak bole pulak. Hadoi!! Dah setel semua kami terus ke hotel. Alhadulillah sampai ja Hotel Gran Kartini, hati dah berbunga. Memang cantik hotel ni. Bersih. Kira berbaloi la budget hotel yang macam ni kan. Suasana di sekitar jugak menarik. Ramai backpackers stay kat kawasan ni. Banyak hotel budget kat sini. Selang beberapa kedai, ada masjid. Memang clear setiap bacaan ayat2 suci dari masjid tu. Bole dengar sebiji-sebiji.
Lepas mandi dan tukar pakaian, kami turun bawah. Jalan-jalan pusing tengok ada apa area situ. Jam 10, banyak kedai dah tutup. Kami lepak-lepak depan hotel. Terjumpa pulak sorang couple husband and wife dari Malaysia. Apa lagi, rancak la kami bersembang sampai tengah malam. Pakat bercerita pasal trip yang penah pergi. Memang sempoi kakak tu. Kakak ker? dia nampak muda lagi tapi dah pencen. Umor dia mesti dalam lewat 50an atau awal 60an, tapi nak panggil mak cik tak sampai hati sebab nampak muda lagi. hihi panggil kakak la bagi dia seronok sikit kan. Sedar tak sedar dah lewat. Kami pon naik bilik. Tido dan menikmati bilik hotel yang cantek.



Ni Hotel Hello, bertentangan dengan hotel kami (Hotel Grand Kartini)

......bersambung...



No comments:

Post a Comment